I. Yamaka Vagga - Syair Berpasangan
Pada suatu dusun, tidak jauh dari Vihara Veluvana, hidup seorang
penjagal babi yang sangat kejam dan keras hati, bernama Cunda. Ia telah
menjadi penjagal babi lebih dari lima puluh tahun; selama hidupnya, dia
belum pernah melakukan suatu perbuatan bajik. Sebelum dia meninggal, dia
sakit parah dan mengalami penderitaan yang berat. Dia mendengkur dan
menguik seperti babi, merangkak kesana dan kemari seperti babi selama
tujuh hari. Sebelum meninggal dunia, dia mengalami penderitaan seperti
kalau dia berada di neraka (niraya). Pada hari ketujuh, penjagal babi
itu meninggal dunia, dan dilahirkan kembali di Neraka Avici (Avici
Niraya).
Beberapa bhikkhu yang dalam beberapa hari berturut-turut mendengar teriakan-teriakan dan kegaduhan dari rumah Cunda, berpikir, pastilah Cunda sedang sibuk membunuhi lebih banyak babi. Mereka berpendapat bahwa Cunda adalah seorang yang sangat kejam dan keji. Yang tidak mempunyai cinta kasih dan belas kasihan sedikitpun.
Mendengar pergunjingan para bhikkhu tadi, Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu, Cunda tidak sedang membunuhi lebih banyak babi. Perbuatan jahatnya yang lampau telah berbuah. Karena rasa sakit yang sangat, akibat penyakit yang dideritanya, ia melakukan hal-hal yang tidak normal. Sekarang ia telah meninggal dan terlahir di alam neraka. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan perbuatan jahat, akan selalu menderita akibat dari perbuatan jahat yang dilakukannya; dia menderita dalam dunia ini, sama seperti pada alam berikutnya.
Hal itu diwejangkan oleh Sang Buddha dengan membabarkan syair 15 berikut ini:
"Idha socati pecca socati
pāpakārī ubhayattha socati
so socati so vihaññati
disvā kamma kiliṭṭham attano."
Di dunia ini ia bersedih hati,
di dunia sana ia bersedih hati.
pelaku kejahatan akan bersedih hati di kedua dunia itu.
Ia bersedih hati dan meratap, karena melihat perbuatannya sendiri yang tidak bersih.
Beberapa bhikkhu yang dalam beberapa hari berturut-turut mendengar teriakan-teriakan dan kegaduhan dari rumah Cunda, berpikir, pastilah Cunda sedang sibuk membunuhi lebih banyak babi. Mereka berpendapat bahwa Cunda adalah seorang yang sangat kejam dan keji. Yang tidak mempunyai cinta kasih dan belas kasihan sedikitpun.
Mendengar pergunjingan para bhikkhu tadi, Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu, Cunda tidak sedang membunuhi lebih banyak babi. Perbuatan jahatnya yang lampau telah berbuah. Karena rasa sakit yang sangat, akibat penyakit yang dideritanya, ia melakukan hal-hal yang tidak normal. Sekarang ia telah meninggal dan terlahir di alam neraka. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan perbuatan jahat, akan selalu menderita akibat dari perbuatan jahat yang dilakukannya; dia menderita dalam dunia ini, sama seperti pada alam berikutnya.
Hal itu diwejangkan oleh Sang Buddha dengan membabarkan syair 15 berikut ini:
"Idha socati pecca socati
pāpakārī ubhayattha socati
so socati so vihaññati
disvā kamma kiliṭṭham attano."
Di dunia ini ia bersedih hati,
di dunia sana ia bersedih hati.
pelaku kejahatan akan bersedih hati di kedua dunia itu.
Ia bersedih hati dan meratap, karena melihat perbuatannya sendiri yang tidak bersih.
0 komentar:
Post a Comment